Almira...
"Saya terima nikahnya, Almira Belvina binti Nasuha, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.." Ucap seorang pria berjas hitam lantang, lengkap dengan peci membalut kepalanya.
"Sah" Sahut gemuruh tamu undangan yang hadir.
Alex yang tak kuat melihat pemandangan tersebut, memilih pergi segera bergegas. Padahal sudah dikuat-kuatkan, tetap saja pada dasarnya hati adalah organ tubuh paling rapuh. Bagaimana bisa, seorang wanita pujaan hatinya, kini benar-benar harus dirinya ikhlaskan. Ikatan yang membuat telak kekalahan, bagi mereka yang sedang berkompetisi mengejar cinta seorang manusia. Apalagi, momen itu terekam langsung dimatanya.
Dengan air mata yang hampir menetes dan rasa sakit hati yang cukup mendalam, dirinya bergegas membawa motor kesayangannya, beranjak pergi meninggalkan parkiran. Benar kata orang-orang, menangis ketika mengendarai motor adalah cara menutupi luka diantara manusia lain. Alex menangis sejadi-jadinya ketika motor sudah ditarik gasnya. Membaur dengan polusi dan berisiknya jalanan kota. Meraih getir kekecewaan dalam nestapa. Dihujam palu kenyataan hingga berduka. Tatkala deras kesedihan turun memeluk derita, Tiba-tiba, sebuah mobil menerjang keras menghantam motor Alex dari belakang. Tabrakan pun tak bisa dielakkan.
Brak....
"Aaaaaaah!..." Teriak Alex sejadi-jadinya.
"Astaghfirullah" Ucap Alex tersentak dari tidurnya.
"Sial, untung cuma mimpi" Lanjut Alex tersadar dari mimpi buruknya.
****
Sore kali ini cukup mendung. Sepertinya, tangis awan hitam tidak akan terbendung. Udara berubah cukup dingin. Suasana yang tak diingin. Karena sore kali ini, kedatangannya tak diharapkan. Langit tak memberi sama sekali keindahan. Hanya tampak padanya raut kesedihan. Begitupun Alex, sangat terasa kesedihan yang amat mendalam pada dirinya. Tidak tega dirinya meliput sebuah kejadian yang terjadi sore ini. Sebuah kecelakaan beruntun di jalan tol arah kota.
"Ketika Tuhan sudah berkehendak, tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghalanginya" Gumam Alex ketika memotret beberapa sisi truk yang sudah cukup parah tak berbentuk.
"Bagaimana ya, perasaan keluarga korban di rumah sana, yang menanti kepulangan mereka dengan selamat." Lanjutnya lagi.
Diketahui truk tersebut mengangkut barang bekas berupa kardus. Terlihat dari banyaknya kardus yang berserakan di jalan.
"Sebanyak 30 korban tercatat oleh kami, satu diantaranya tewas ditempat, yaitu supir truk." Ujar petugas Dishub yang menangani kejadian tersebut.
"Apa yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan Pak?" Alex melempar pertanyaan.
"Diduga sopir truk barang bekas bermuatan kardus ini sedang dalam kondisi mengantuk. Sehingga, truk kehilangan kemudi, oleng, lalu menabrak mobil avanza putih yang mengakibatkan kecelakaan beruntun terjadi, sebelum akhirnya menghantam bahu jalan." Jelas petugas Dishub tersebut yang diketahui bernama Pak Heri.
"Baik, Terima kasih Pak Heri atas informasinya."
"Sama-sama, mas."
Setelah mendapatkan informasi dari narasumber di TKP, Alex bergegas kembali menuju tempat di parkirnya mobil kantor. Alex harus liputan seorang diri sore ini. Dirinya ditugaskan mendadak oleh atasannya karena kebetulan sedang berada di lokasi yang tak jauh dari TKP. Sebagai seorang reporter di salah satu media kota, tugas mendadak seperti ini sudah biasa dirinya lakukan.
"Lex, langsung masuk laman ya hari ini, harus masuk terbitan besok pagi." Tertulis pesan whatsapp dari Pak Erdy, Pimpinan Redaksi dikantor nya.
"Siap Pak, laksanakan." Balas Alex pesan tersebut.
Belum lama dirinya membalas pesan atasannya tersebut, pesan lain sudah masuk bergiliran dalam notif dilayar kaca HP nya.
"Lex, besok sore kosong nggak?" Tertulis pesan dari Rafli, teman dekatnya.
"Kosong Fli, besok jatah gw libur" Balas Alex dalam pesan via gawainya.
"Besok gw mau nemuin orangtua pacar gw, Lex, mau ngelamar dia. Temenin gw bisa?"
"Masya Allah, ayolah, jam berapa gw ke rumah lu?"
"Abis Ashar kita jalan, lu sholat ashar di mesjid deket rumah gw aja"
"Siap, laksanakan bosku"
****
Mentari menyapa hangat penuh keakraban. Memasuki sore bersiap dalam kenyamanan. Perasaan senang meliputi jiwa tanpa syarat. Memberi bahagia yang kini sudah terikat. Gejolak asmara tak terbendung lagi. Mengingat tambatan hati sebentar lagi Rafli miliki. Rafli menampakkan wajah penuh grogi. Tampak jelas Alex rasakan saat ini. Bagaimana sahabat karibnya itu bersiap menjawab pertanyaan yang akan Rafli hadapi.
"Ayo, kapan kita berangkat?" Tanya Alex kepada Rafli yang masih menatap kaca dinding di kamarnya.
"Lama banget ngaca, kayak perawan" Tambahnya.
"Grogi gw, Lex" Sahut Rafli.
"Selow, baca bismillah dulu sebelum ngetuk pintu rumahnya"
"Oke, Lex, ayo berangkat kita"
Mobil dipacu perlahan meninggalkan garasi, menyusuri setapak demi setapak jalan aspal komplek asri. Alex menjadi pemegang kendali atas kendaraan beroda empat yang berlapis besi. Perlahan dirinya injak pedal gas, membawa Rafli yang sedari tadi sudah rapih berhias. Lokasi sudah ditentukan, tinggal ikuti saja apa yang maps online arahkan. Sejak era digital mulai merajai segala bidang, kita tidak perlu lagi takut kesasar bukan kepalang. Tinggal ikuti saja arahan petunjuk maps tersebut, bisa dipastikan kecil kemungkinan untuk tersesat.
Setelah memasuki area komplek rumah tujuan, Alex tampak sedikit heran. Dirinya merasa tidak asing dengan rute jalanan sekitar. Mencoba kembali membuka memori ingatan yang telah tertumpuk diantara banyak kenangan. Mencari sebuah kepingan kaset pengalaman yang pernah terjadi beberapa waktu belakangan. Sementara dirinya sibuk mencari yang dicari, mobil telah sampai pada titik yang telah diikuti. Bersamaan dengan itu, seketika memori yang dicari muncul dengan sendiri.
"Fli, ini bener rumahnya?" Ujar Alex bertanya sembari menarik rem tangan disamping kirinya.
"Kalo dari maps yang di share loc sih bener" Rafli menjawab sambil mengecek kembali maps didalam gawainya.
"Emang lu belom pernah ke rumahnya?"
"Belom pernah, jadian juga baru dua minggu"
"Jemput dia nggak pernah sama sekali?"
"Gw kalo jalan sama dia, langsung ketemuan ditempat"
Selagi mereka berdiskusi, membicarakan keheranan yang terjadi, mereka dihampiri penjaga gerbang rumah komplek yang dituju tersebut.
"Maaf, apa benar ini mobil dari Mas Rafli?" Tanya seorang lelaki paruh baya menghampiri mobil mereka. Alex membuka kaca depan mobil.
"Iya benar, Pak" Sahut Alex tersenyum ramah.
"Langsung masuk ke dalam saja mobilnya, mas, parkir di dalam, nanti saya buka gerbangnya terlebih dahulu"
"Baik, Pak"
Gerbang dengan pagar berwarna hitam dibuka perlahan, memperlihatkan rumah cukup megah dengan design sederhana tapi tetap elegan. Halaman cukup luas dan asri, setidaknya masih bisa duduk di teras menikmati kopi di pagi hari, sembari menyapa tetangga sesekali. Beberapa tanaman hias juga tumbuh dengan sukacita, menambah keindahan pemandangan dalam rumah yang dianggap surga pemiliknya.
"Assalamu'alaikum" Pintu diketuk Rafli diiringi ucapan salam.
Tidak lama berselang kurang dari semenit, pintu dibuka oleh seorang perempuan cantik nan jelita dengan kerudung hitam dengan model segi empat.
"Wa'alaikumussalam"
"Mas Rafli, jadi kesininya sendirian?" Tanya wanita yang akan dilamar Rafli tersebut lanjut.
"Sama teman kok, itu dia lagi ngambil HP nya ketinggalan di mobil" Jawab Rafli menunjuk Alex yang kembali membuka pintu mobil untuk mengambil HP nya yang tertinggal di dashboard.
Setelah mengambil HP, Alex kembali menemui Rafli yang sedari tadi menunggu nya di depan pintu rumah.
"Nah, itu dia orangnya kesini" Rafli memberitahu Perempuan tersebut kalau lelaki yang sedang mereka bicarakan telah selesai dengan urusannya.
"Lex, kenalin ini..."
"Almira..." Ujar Alex kaget.
Sabtu, 28 Desember 2024
Halte Cawang BNN
Komentar
Posting Komentar