Kacamata Ayah
Sejak 2 tahun silam, penglihatan Ayahnya memang sudah mulai kabur. Seiring berjalan waktu, penglihatannya makin menurun. Beberapa kali, Ayahnya hampir saja bertemu dengan maut jika saja takdir tidak menyelamatkannya. Bisa dibilang, penglihatan ayahnya itu perlu alat bantu, apalagi ketika di malam hari. Dengan kondisi tersebut, Indra sebagai anak, tidak tega melihat ayahnya sangat kesulitan dalam melihat. Apalagi pekerjaan sang ayah cukup berat, yaitu supir truk barang bekas. Pekerjaan yang cukup beresiko jika pandangan terganggu. Dirinya membelikan sebuah kacamata untuk sang ayah. Seperti dulu, ayahnya membelikan kacamata untuknya ketika dirinya harus dibantu penglihatannya.
“Berapa kacamatanya, Koh?” tanya Indra kepada Koh David, Ayah teman satu kampusnya.
“Sebenarnya 800, tapi gua kasih lu gopek aja, lah” ucap Koh David tersenyum.
“Yang benar, Koh? Tumben, baek” balas Indra tersenyum kecil.
“Apa sih yang nggak buat lu, mah”
***
Mentari biarkan terik menudung bumi. Terlihat semangat menemani hari. Tumbuhan melakukan fotosintesis alami. Aktifitas yang sudah ditetapkan oleh sang Ilahi. Manusia menguras tenaganya tanpa peduli. Padahal, tetesan peluh berlinang cukup deras. Membanjiri mereka yang bekerja cukup keras. Tak terkecuali ayah Indra, supir truk pengangkut barang bekas. Hampir 10 tahun lebih dia menggeluti pekerjaan tersebut. Mungkin bisa dibilang sejak Indra masih duduk di bangku sekolah menengah.
"Bu, Ayah berangkat dulu, ya" Pamit ayah sebelum berangkat.
"Nanti malam, mungkin baru sampai rumah" Tambahnya.
"Jadi nggak makan di rumah lagi, nih, bareng Indra sama Ibu, Yah?" ujar Indra tiba-tiba.
"Eh, iya, maafin Ayah, ya, besok janji, kita makan malam bersama lagi" ucap ayahnya berjanji.
Sebagai supir truk pengangkut barang bekas, ayah Indra hampir setiap hari melakukan perjalanan Jakarta-Bandung. Melewati pagi memeluk terik dan bertemu malam berselimut dingin. Keahliannya dalam membawa mobil besar memang sudah dia lakukan sejak lulus SMA dulu. Tidak bisa melanjutkan kuliah karena biaya, dia pun harus mencari uang untuk kebutuhan nafkah keluarganya, menjadi supir bus antar kota. Membelah lautan kemacetan jalan ibukota, mengejar target supaya berlimpah uang yang dihasilkan, sudah dijalaninya selama puluhan tahun. Hingga terakhir, sebelum menjadi supir truk pengangkut barang bekas, dia bertugas sebagai pengemudi truk proyek. Namun sayang, PT yang memperkerjakannya terlilit hutang, sehingga dia terkena PHK. Beruntung, dia mendapatkan tawaran kerjaan baru dari teman sesama supir nya, setelah sebulan mengganggur.
"Ada lowongan nyupir truk, lu mau nggak?" ujar pria bertopi hitam, yang diketahui teman ayah Indra.
"Bawa barang apaan?" Tanya Ayah Indra.
"Cuma barang bekas, nggak terlalu berat, gajinya juga lumayan"
"Boleh, tau aja, lu, gw lagi butuh kerjaan, hehehe"
Bertambahnya umur tidak bisa dihindari. Tubuh juga sudah mulai menurun kinerjanya. Setelah di vonis dokter mengalami penurunan pandangan, ayah Indra jadi kesulitan dalam mengemudikan truknya. Apalagi jika malam tiba, dia sama sekali tidak bisa melihat apa yang ada di depannya. Seringkali, dia izin untuk tidak membawa truk di malam hari. Bahkan, ketika melakukan pengantaran barang bekas, dia selalu buru-buru untuk sampai di kantor sebelum hari mulai gelap. Kecepatan di atas rata-rata yang cukup mempertaruhkan nyawa, dia lakukan demi menghindari resiko jarak pandang yang mulai menurun seiring hari mulai gelap. Namun, semua itu dia lakukan untuk istri dan juga anaknya, Indra. Keringat yang menetes membelai kulit menembus pakaian, tak dihiraukan demi kebahagiaan bersama keluarga kecilnya. Dia akan merasa kecewa, jika sehari saja, keluarga kecilnya tidak bisa makan sama sekali. Karena dia ingat betul, bagaimana ucap janji di atas kitab suci di hadapan mertuanya, bahwa kebahagiaan istri dan anaknya adalah prioritas utama. Tidak ada lagi ego memikirkan diri sendiri, yang terutama adalah anak dan istri.
***
Indra sangat menyanyangi ayahnya. Mungkin bisa dibilang, ayahnya adalah sosok panutannya dalam hidup. Sebagai anak tunggal, dia adalah anak yang diharapkan oleh kedua orangtuanya agar kelak bisa menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi manusia lain disekitarnya. Meski hidup dalam keterbatasan, ayah Indra tidak pernah sekalipun tidak menepati janjinya kepada Indra. Katanya, seorang lelaki itu yang dipegang adalah janjinya. Jadi, jika kita berjanji, pantang untuk mengkhianati. Pernah di suatu waktu, Indra diharuskan memakai kacamata untuk membantunya dalam penglihatan. Namun, keuangan yang belum stabil setelah PHK, belum bisa dia kabulkan kebutuhan tersebut.
"Maaf ya, Indra, ayah belum bisa belikan kacamata untuk kamu"
"Tapi, ayah janji, kalau sudah ada uang, nanti akan ayah belikan untuk kamu yang paling bagus"
Rejeki memang tidak akan pernah tertukar. Semuanya sudah rapi Tuhan takar. Kerja kerasnya setiap hari tak pernah pudar. Dia menerima gaji yang cukup besar. Sehingga, sisanya masih bisa dia belikan kacamata untuk anak tersayangnya. Sesuai janjinya, tak pernah dia lupa.
"Semoga bisa bermanfaat ya, Indra, maaf, Ayah baru bisa beli kacamata sekarang" tulis ayah Indra di atas secarik kertas yang dia letakkan di meja tulis Indra.
Dirinya yang harus berangkat sebelum subuh ketika itu, tak sempat menunggu Indra bangun dari tidurnya, mengharuskan dirinya memberikannya secara diam-diam. Sebenarnya, sekalian bisa menjadi surprise, karena kebetulan hari itu adalah hari dimana Indra menyapa dunia pertama kalinya 16 tahun yang lalu.
***
"Semoga Ayah senang dengan kacamata ini, di hari spesial, Hari Ayah" ujar Indra ketika menaruh hadiah tersebut di atas meja di kamar ayahnya.
Malam kini semakin larut. Rembulan tak ubahnya cahaya menjadi surut. Masih tetap terang menemani malam. Supaya keindahan tidak padam. Meski begitu, Indra dibalut kecemasan. Ayah tercinta yang ditunggu, tak kunjung memberi pertanda kedatangan. Khawatir, surprise nya menemui kegagalan.
"Indra, sebaiknya kamu tidur sekarang, mungkin ayah akan pulang subuh nanti" ujar ibunya kepada Indra menenangkan.
"Nanti ibu sampaikan ke ayah kalau sudah sampai, besok kamu ada jam kuliah, kan?" Tambahnya
"Iya Bu, ya sudah, Indra tidur duluan, ya, Bu" balas Indra bergegas menuju kamar tidurnya.
Mentari kini kembali menampakkan eksistensinya. Berganti tugas dengan rembulan yang sedari malam menemani istirahat manusia. Hari dimulai dengan cukup cerah langit pagi. Tak ada kesedihan dalam mendung yang menyelimuti. Namun tidak dengan Indra. Sama sekali tidak ada raut bahagia dalam wajahnya ketika membuka HP yang berada disampingnya. Dirinya yang baru saja bangun dari tidur, dikagetkan dengan notif berita yang muncul.
KABARIN.Co News
"Kecelakaan Beruntun dalam Tol, Supir Truk Pengangkut Barang Bekas diduga mengantuk"
Rep: Izul
Kota - Telah terjadi kecelakaan beruntun di dalam Tol menuju kota, kemarin sore. Kecelakaan terjadi diduga karena supir truk pengangkut barang bekas mengantuk. Supir bermuatan kardus tersebut, oleng dan menabrak mobil didepannya sebelum menghantam bahu jalan begitu keras dengan kecepatan penuh, sehingga kecelakaan beruntun tak terelakkan. Menurut polisi, terdapat 30 korban dalam kecelakaan tersebut. Satu diantaranya, tewas ditempat yaitu supir truk tersebut karena terjepit badan truk yang cukup besar......
Selasa, 12 November 2024
Halte Cawang Sentral
Komentar
Posting Komentar