Cinta Itu Akan Tetap Ada, Almira...
Desah angin malam berhembus merasuk tubuh. Menembus tebalnya jaket yang melindungi kulit. Terasa sunyi namun syahdu. Melantunkan sedikit bait dari sebuah lagu. Jari jemari memetik diantara 6 senar yang tersusun rapi. Dengan irama sesuai rumus yang disepakati. Suaranya lumayan merdu. Cukup menghibur mereka yang dibelenggu rindu. Menemani bintang bercengkrama dengan rembulan. Begitu dalam dirinya menghayati tiap baitnya. Bagai seorang musisi tengah mengadakan konser tunggal. Membawakan tiap lagunya dengan sepenuh hati.
Jikalau dirimu tampak sedih
Dan berjalan sambil tertunduk lesu
Aku pun 'kan merasa sedih
Perasaanku pun jadi gelap
Pada saat berpapasan
Aku 'kan menghiburmu tanpa menyapa
Kuingin besok kau menaiki
Tanjakan ini sambil tersenyum cerah
Walaupun matamu basah
Bagai embun pagi hari
Diriku akan selalu
Ada di sini, jadi perisai
Menjadi orang yang ada di sisimu
Sumpah dari cinta searah
Walau kau tidak tahu pun tidak mengapa
Pandangan dari seseorang
Entah mengapa t'rasa hangat
Sumpah dari cinta searah
Aku tidaklah mengharapkan apapun
Keajaiban bertemu denganmu
Bagiku harta yang tak ternilai
Dirimu yang apa adanya
Aku suka
***
"Lex, kamu lagi sibuk gak? ". Tanya seorang wanita ditelepon seluler.
"Kenapa Mir, kamu mau ngajak aku jalan-jalan?" Jawab pria muda sedikit bercanda.
"Yee... Ngarep banget kamu hahaha."
"Namanya juga usaha, siapa tau rezeki"
"Mau minta tolong review resume aku, bisa gak?" Lanjut Almira bertanya.
"Kirim aja Mir, nanti aku bantu review" Jawab Alex bersedia.
Alex tidak pernah menolak permintaan tolong temannya, apalagi Almira. Ya sebatas teman. Meskipun terkadang dirinya tidak dalam kondisi mood yang baik, namun tidak pernah terlontar kalimat tidak dalam mulutnya. Pernah suatu ketika dirinya sedang banyak tugas kuliah, Almira menghubunginya meminta bantuan.
"Lex, Lex"
"Kenapa Mir?"
"Kalo lagi gak sibuk, mau minta tolong buatin abstrak buat jurnal aku" Tanya Almira memohon
"Langsung kirim aja jurnal kamu, nanti aku coba buat" Jawab Alex bersedia meskipun tugas miliknya sudah menumpuk sedari kemarin.
Hobi dan ketertarikannya dalam dunia menulis, membuat Alex menjadi pembimbing tulisan setiap tugas kuliah milik Almira.
Alex memang senang merangkai kata. Apalagi kalau sudah tentang mengungkap rasa. Dirinya selalu melibatkan hati untuk menciptakan sebuah tulisan yang menyentuh bagi para pembaca. Daripada mengungkapkan melalui lisan. Dirinya lebih senang menuangkannya pada tulisan. Meski tidak langsung tersampaikan. Karena tidak semua orang bisa mengerti apa yang kita tuangkan dalam tulisan. Sehingga membiarkan mereka berkutat pada penafsiran.
Pertemanan mereka kini sudah semakin akrab. Tatkala pertemuan pertama kemarin, Almira yang meyakini Alex orang baik bersedia bertukar nomor telepon. Hal yang cukup berisiko. Namun dirinya cukup yakin dari cara Alex bersikap atas dirinya.
Akhirnya pertemanan itupun dimulai. Lambat laun hubungan mereka menjadi kian dekat. Hanya sebatas teman dekat. Tidak ada hubungan yang terikat. Namun yang sebenarnya terjadi tidak seperti itu.
Pertemanan lawan jenis, tidak mustahil memunculkan perasaan itu. Entah saling berbalas atau hanya searah. Karena Alex memilih diam dalam mencintai. Mencintai dalam diam. Dalam diam dirinya mencintai. Sulit memang, tidak semua orang bisa. Kita hanya bisa menerka perasaan.
Namun Alex bukan tipe orang yang gegabah. Mengambil sikap tanpa memikirkan akibatnya. Hanya dengan kata segalanya akan menghilang. Sesuatu yang lebih berharga dari ungkapan perasaan. Ya benar, pertemanan. Hubungan pertemanan lebih berharga dari ungkapan perasaan. Rumit memang keadaan. Mencintai seseorang yang mengganggap kita hanya sebatas teman. Layaknya sebuah senja. Kita hanya bisa suka. Tapi tidak bisa kita miliki sepenuhnya.
***
"Mungkin bisa jadi" Jawab Alex singkat.
"Bisa jadi gimana?" Tanya Almira heran.
"Hahaha.... maksudku bisa jadi dia juga punya perasaan yang sama sepertimu" Jawab Alex sembari tertawa.
"Tapi aku gak yakin Lex"
"Yakin aja dulu. Aku bantu do'a semoga kalian memiliki perasaan yang sama" Jawab Alex tertawa tipis.
"Amin paling kenceng hahaha" Sahut Almira tertawa.
Malam kini merebut adiwarna kelam. Risak asa dalam gelap tak berbinar. Rasanya senja tadi begitu elok dipandang retina. Tapi ternyata dia tidak berlama. Sekedar singgah dalam waktu sementara. Sehingga perginya meninggalkan luka. Dia tidak tahu sebab keindahannya membuat seseorang jatuh cinta. Tidak bisa diungkapkan dengan kata. Tapi perasaan itu benar-benar nyata.
Pada akhirnya Alex tersadar dalam diri. Batasnya hanya sampai mencintai. Bukan untuk memiliki. Berat memang mencintai sendirian. Sama sekali tidak ada balasan. Apalagi dia sudah punya pilihan. Apalah arti sebuah perjuangan. Jika pada akhirnya didera kekalahan. Meskipun semua ini menciptakan luka. Namun cinta itu akan tetap ada. Perlahan mundur mencoba mengobati luka sementara, tapi percayalah kalimat sebelum ini tidak akan kadaluwarsa.
Senin, 2 September 2024
Halte Cawang Sentral
Komentar
Posting Komentar