Angkot Mobil



Alex yang sedari tadi mendengarkan obrolan menarik dua bapak-bapak didepannya, sama sekali tak berpaling.

“kalau menurut saya, paslon nol satu cuma manis doang perkataanya. Janjinya itu gak ditepati, contohnya DP 0% yang tidak terealisasi” ujar pria paruh baya menggebu-gebu.

“tapi menurut saya paslon nol satu itu bagus, contohnya aja angkot mobil ini. Jaman beliau jadi gubernur doang angkot mobil bisa tertib sampai sekarang, kalau dulu-dulu mah ya ampun...gak deh kata saya” balas pria disebelahnya sambil tetap fokus mengendarai mobilnya.

.........

Nasi uduk dengan lumuran sambal bawang pedas dan dilengkapi tempe goreng hangat serta beberapa keping kerupuk berwarna merah, sudah cukup menjadi favorit sarapan pagi bagi Alex. Dirinya yang selalu berangkat pagi untuk kuliah, selalu menyempatkan mampir ke warung makan langganan nya. Tidak hanya nasi uduk, warung makan yang dikenal dengan warung bu Lasmi ini juga menjajakan menu lain. Lontong sayur dan bumbu serta soto betawi menjadi menu favorit yang biasanya dibeli Alex agar setidaknya dirinya tidak melulu makan nasi uduk setiap kali sarapan. Alex yang tinggal sendiri disebuah kontrakan sederhana, agak malas untuk sekedar membuat sarapan. Semenjak Alex kuliah di kota metropolitan, dirinya mulai terbiasa hidup mandiri. Terpisah dengan kedua orangtuanya yang tinggal di kampung halamannya.

Sudah seminggu ini motor Alex dirawat di bengkel. Motornya mengalami gangguan pada mesin ketika dirinya menerjang banjir tempo hari. Sepertinya air masuk kedalam knalpot motornya hingga mesin mati di tengah jalan. Karena itulah, semenjak tiga hari kemarin Alex selalu menaiki kendaraan umum. Dirinya bersyukur, kendaraan umum sudah begitu rapi diatur Pemda. Pembayaran dilakukan menggunakan kartu, bahkan penarikan hanya 0 Rp.

Alex menikmati rutinitas barunya itu dengan senang hati. Baginya rutinitas ini bukanlah hal yang memberatkan. Dirinya sudah sering menaiki angkutan umum ketika masih di bangku sekolah dulu. Ketika menaiki angkutan umum, Alex mendapatkan suasana baru. Dimana banyak bermacam-macam orang dia temui. Mulai dari yang tua hingga anak-anak. Sifat masing-masing orang pun banyak dirinya temui beraneka ragam. Pernah suatu ketika dirinya duduk bersebelahan dengan wanita muda. Mereka naik berpasangan dengan teman satunya lagi yang juga seorang wanita. Dari pertama dia naik sampai dia turun, wanita itu selalu saling bercerita. Bahkan membuat Alex mengetahui bahwa wanita itu sedang dikhianati oleh temannya yang lain. Bukan bermaksud menguping, namun telinganya tidak bisa menolak suara dua kaum hawa itu. Apalagi mereka bercerita dengan sangat antusias, sehingga Alex pun menjadi tertarik untuk sekedar mendengar cerita colongan itu. Tapi tidak sedikit juga mereka yang menaiki angkutan umum hanya diam tak bersuara. Kadang bermain gawai, kadang hanya melihat ke jendela sekedar menatap keramaian jalanan kota.

Dari sekian banyak orang yang Alex temui, mungkin hanya percakapan bapak berbaju kaos model polo dan supir angkot mobil. Mungkin debat capres yang dilihat beberapa minggu lalu tidak semenarik mereka berdua. Ya mereka sedang berdebat tentang calon presiden yang maju tahun ini. Tahun ini memang tahunnya pesta demokrasi. Banyak sekali kalangan membicarakan setiap paslon. Mulai dari yang tua hingga anak muda sekalipun. Bahkan yang belum punya hak untuk memilih pun ikut membicarakan tentang para calon presiden ini. Entah mengerti apa mereka tentang pemilu, tapi layaknya seorang pengamat sejati mereka berdialog mengeluarkan argumen mereka yang didapatnya dari beberapa media sosial. Begitulah hebatnya media sosial, semua kalangan bisa terjangkau.

“kalo menurut saya ya pak, presiden kita sekarang ini udah gak betul itu” ujar bapak berkaos polo.

“kebijakan macam apa presiden dan menteri boleh berkampanye, sedangkan para ASN dan TNI POLRI disuruhnya netral, gak betul itu” tambahnya heran sambil menggelengkan kepala.

“bener pak, dia itu udah kelewatan parah” sahut supir angkot mobil tetap fokus kedepan.

“dia mau main curang itu udah keliatan banget” tambahnya lagi.

“makanya pak, mau pilih siapa aja terserah deh tapi asal jangan pilih anaknya presiden itu, hancur demokrasi kita kalau bener dia yang menang” jawab lagi bapak berkaos polo samping supir tadi.

“meskipun dia tidak jadi tiga periode tapi cara dia memajukan anaknya sebagai calon wakil presiden dengan cara yang tak lazim itu, terlihat sekali kalau dia sangat berambisi memperpanjang kekuasaan” tambah supir cukup geram.

Alex memang bukan pengamat politik, tapi pemilu kali ini dirinya cukup aktif mengikuti perkembangan politik di negara tercinta ini. Percakapan dua orang bapak-bapak didepannya dia ini cukup menarik diikuti. Rasa-rasanya Alex ingin sekali nimbrung pembicaraan kondisi politik saat ini dengan mereka berdua.

.........

Kecepatan mobil mulai melambat. Tampak terlihat jelas plang bertulis bus stop. Alex segera bergegas turun dari mobil. Dirinya kini harus berjalan 275 meter lagi untuk sampai ke angkutan umum selanjutnya. Alex harus menaiki dua jenis angkot mobil untuk bisa sampai ke kampus tempatnya menimba ilmu strata satu. Memang agak membuat lelah karena harus berjalan sebentar, namun tidak menjadikan dirinya berkeluh kesah. Apalagi dengan suasana angkot mobil yang begitu beraneka ragam orang dirinya temui. Tampaknya akan banyak cerita yang dirinya dengar didalam angkot mobil, setidaknya hingga motor kesayangannya itu bener-bener sudah sembuh dari penyakitnya setelah dirawat seminggu di bengkel samping masjid tak jauh dari kontrakannya.

Komentar

Postingan Populer